Kepemimpinan, Kesabaran, dan Strategi Dakwah Nabi Muhammad ﷺ

Kepemimpinan Nabi ﷺ: Gabungan Hikmah, Keberanian, dan Kelembutan

Rasulullah ﷺ adalah pemimpin yang sempurna, yang memadukan ketegasan dengan kelembutan, keberanian dengan kesabaran, dan kecerdikan dengan keadilan. Dalam setiap aspek kepemimpinannya, beliau ﷺ menunjukkan kematangan yang luar biasa, baik dalam memimpin keluarga, sahabat, maupun seluruh umat.

Allah ﷻ memuji akhlaknya dalam firman-Nya:

فَبِمَا رَحْمَةٍۢ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّۭا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Āli ‘Imrān: 159)


Kesabaran Menghadapi Penolakan, Ancaman, dan Pengkhianatan

Perjalanan dakwah Nabi ﷺ penuh dengan ujian dan tantangan. Beliau ﷺ dicaci, difitnah, dilempari batu, bahkan direncanakan untuk dibunuh. Namun, semuanya beliau hadapi dengan kesabaran luar biasa.

Salah satu contoh kesabaran beliau adalah ketika berdakwah di Ṭā’if. Penduduknya menolak dakwah dengan kasar dan mengusir beliau dengan lemparan batu hingga berdarah. Malaikat penjaga gunung menawarkan untuk membinasakan mereka, tetapi Rasulullah ﷺ menolak seraya berkata:

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (HR. Bukhari, dari ‘Āisyah رضي الله عنها)


Strategi Dakwah: Sirriyah, Jahr, Hijrah, hingga Diplomasi

Dakwah Nabi ﷺ dimulai secara sembunyi-sembunyi (sirriyah) selama tiga tahun pertama. Setelah itu, dakwah dilakukan secara terang-terangan (jahr) dengan penuh keberanian. Ketika tekanan di Makkah semakin berat, beliau ﷺ mengatur strategi hijrah ke Madinah, tempat Islam berkembang dengan cepat.

Di Madinah, strategi dakwah beliau ﷺ semakin luas, termasuk penggunaan diplomasi seperti perjanjian Hudaibiyah dan pengiriman surat ke para raja dunia. Semua itu mencerminkan perencanaan dakwah yang matang dan realistis.


Fleksibilitas dalam Pendekatan, Prinsip Akidah Tak Ditawar

Rasulullah ﷺ memiliki keluwesan dalam metode dan pendekatan dakwah, namun tidak pernah kompromi dalam urusan aqidah. Ketika kaum musyrik menawarkan kompromi agar beliau menyembah berhala mereka setahun dan mereka menyembah Allah setahun, Allah ﷻ langsung menurunkan:

قُلْ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْكَـٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾

“Katakanlah: Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (Al-Kāfirūn: 1–2)

Ini menunjukkan bahwa fleksibilitas metode tidak boleh mengorbankan prinsip tauhid.


Teladan Rasulullah ﷺ Sebagai Qudwah Hasanah

Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam segala hal. Allah ﷻ menegaskan dalam firman-Nya:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌۭ حَسَنَةٌۭ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْـَٔاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Al-Aḥzāb: 21)

Dalam kepemimpinan, kesabaran, dan strategi, Rasulullah ﷺ telah meletakkan fondasi kuat bagi umat Islam untuk meneladaninya dalam setiap zaman.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top