Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه

Pendahuluan

Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه adalah salah satu sahabat besar Rasulullah ﷺ yang dikenal karena akhlaknya yang mulia, keteguhan imannya, serta perannya yang penting dalam dakwah dan jihad pada masa Rasulullah ﷺ hingga Khulafā’ Rāsyidīn. Ia termasuk sahabat yang masuk Islam di akhir masa kenabian, namun memberikan kontribusi yang sangat besar bagi Islam.


Nasab dan Masuk Islam

Jarīr bin ‘Abdillah bin Jābir Al-Bajali رضي الله عنه berasal dari kabilah Bajilah, salah satu kabilah besar di Yaman. Ia masuk Islam pada tahun 10 Hijriyah, tidak lama sebelum wafatnya Rasulullah ﷺ.

Tentang kedatangannya, Rasulullah ﷺ menyambutnya dengan penuh penghormatan dan memuliakannya di hadapan para sahabat.

Pujian Rasulullah ﷺ kepada Jarīr bin ‘Abdillah

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا أَتَاكُمْ كَرِيمُ قَوْمٍ فَأَكْرِمُوهُ

“Apabila datang kepada kalian orang mulia dari suatu kaum, maka muliakanlah dia.” (HR. Ibnu Mājah)

Hadits ini diriwayatkan berkaitan dengan kedatangan Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه, menunjukkan kedudukannya yang mulia di sisi Nabi ﷺ dan kaumnya.


Keutamaan Akhlak dan Wajah yang Bersinar

Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه dikenal memiliki wajah yang sangat tampan dan akhlak yang lembut. Ia sendiri berkata:

مَا حَجَبَنِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي

“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah ﷺ tidak pernah menghalangiku (untuk menemuinya), dan beliau tidak pernah melihatku kecuali beliau tersenyum kepadaku.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits ini menunjukkan kelembutan Rasulullah ﷺ sekaligus kemuliaan pribadi Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه.


Peran dalam Dakwah dan Penghancuran Berhala

Salah satu misi besar yang diemban oleh Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه adalah penghancuran berhala Dzū Al-Khalashah, yang disebut sebagai “Ka‘bah Yaman”.

Jarīr رضي الله عنه berkata:

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: أَلَا تُرِيحُنِي مِنْ ذِي الْخَلَصَةِ

“Rasulullah ﷺ berkata kepadaku: ‘Tidakkah engkau membebaskanku dari (berhala) Dzū Al-Khalashah?’” (HR. Al-Bukhari)

Jarīr رضي الله عنه pun berangkat bersama pasukan dari kaumnya, menghancurkan berhala tersebut, dan membersihkan sisa-sisa kesyirikan di wilayah tersebut.


Keteguhan di Masa Khulafā’ Rāsyidīn

Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه tetap istiqamah di atas Islam. Ia berperan aktif pada masa Abu Bakr رضي الله عنه dan ‘Umar bin Al-Khaththāb رضي الله عنه, khususnya dalam menghadapi gerakan murtad dan perluasan wilayah Islam.

Ia juga dikenal sebagai sahabat yang tegas dalam menegakkan kebenaran namun tetap lembut dalam bermuamalah dengan kaum muslimin.


Wasiat Akhlak dari Rasulullah ﷺ

Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه meriwayatkan salah satu wasiat agung dari Rasulullah ﷺ:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللَّهُ

“Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjadi prinsip hidup Jarīr رضي الله عنه dalam berdakwah dan bermasyarakat.


Wafatnya Jarīr bin ‘Abdillah

Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه wafat pada masa pemerintahan Mu‘āwiyah bin Abī Sufyān رضي الله عنه, sekitar tahun 51 H. Ia meninggalkan teladan besar dalam keimanan, akhlak, dan loyalitas terhadap Islam.


Penutup

Jarīr bin ‘Abdillah رضي الله عنه adalah contoh nyata bahwa kemuliaan dalam Islam tidak diukur dari lamanya masuk Islam, tetapi dari keikhlasan, akhlak, dan pengorbanan di jalan Allah ﷻ. Keteladanan beliau relevan sepanjang zaman bagi umat Islam dalam berdakwah, bermuamalah, dan menjaga kemurnian tauhid.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top