Pendahuluan
Ja‘far bin Abī Thālib رضي الله عنه adalah sepupu Rasulullah ﷺ dan saudara kandung ‘Alī bin Abī Thālib رضي الله عنه. Beliau dikenal dengan gelar Ja‘far Ath-Thayyār (Ja‘far yang Terbang) karena setelah gugur syahid, Allah ﷻ menggantikan kedua tangannya dengan dua sayap di surga. Ja‘far رضي الله عنه adalah simbol keteguhan iman, keberanian dalam dakwah, dan pengorbanan di jalan Allah ﷻ.
Nasab dan Kehidupan Awal
Nama lengkapnya adalah Ja‘far bin Abī Thālib bin Abdul Muththalib bin Hāsyim bin ‘Abdi Manāf bin Qushay Al-Qurasyi Al-Hāsyimī. Beliau lahir di Makkah sekitar 20 tahun sebelum hijrah.
Sejak kecil, Ja‘far رضي الله عنه tumbuh dalam keluarga mulia Bani Hasyim yang menjunjung tinggi kehormatan dan keberanian. Ia sangat mirip dengan Rasulullah ﷺ dalam penampilan dan akhlak. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه, disebutkan:
كَانَ جَعْفَرٌ يُشْبِهُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ خَلْقًا وَخُلُقًا
“Ja‘far mirip dengan Rasulullah ﷺ dalam bentuk dan akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, dinyatakan hasan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Masuk Islam dan Hijrah ke Habasyah
Ja‘far رضي الله عنه termasuk sahabat yang awal masuk Islam bersama istrinya, Asmā’ binti ‘Umais رضي الله عنها. Ketika kaum Quraisy semakin keras menindas kaum Muslimin, Rasulullah ﷺ mengizinkan sebagian sahabat untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia).
Ja‘far رضي الله عنه menjadi pemimpin rombongan kedua hijrah ke Habasyah, menggantikan Utsmān bin ‘Affān رضي الله عنه yang telah hijrah lebih dahulu.
Di sana, Ja‘far رضي الله عنه membela kaum Muslimin di hadapan Raja Najāsyī (Negus) dengan penuh hikmah. Saat utusan Quraisy mencoba memfitnah kaum Muslimin, Ja‘far رضي الله عنه maju dan menyampaikan pidato yang menggetarkan hati:
Pidato Ja‘far di Hadapan Raja Najāsyī
يَا أَيُّهَا الْمَلِكُ، كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ، نَعْبُدُ الْأَصْنَامَ، وَنَأْكُلُ الْمَيْتَةَ، وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ، وَنَقْطَعُ الْأَرْحَامَ، وَنُسِيءُ الْجِوَارَ، يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ، فَكُنَّا عَلَى ذَلِكَ، حَتَّى بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا مِنَّا، نَعْرِفُ نَسَبَهُ وَصِدْقَهُ وَأَمَانَتَهُ وَعَفَافَهُ، فَدَعَانَا إِلَى اللَّهِ لِنُوَحِّدَهُ وَنَعْبُدَهُ، وَنَنْبِذَ مَا كُنَّا نَعْبُدُ نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ مِنَ الْحِجَارَةِ وَالْأَوْثَانِ
“Wahai Raja, kami dahulu adalah kaum jahiliyah. Kami menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat keji, memutus silaturahim, dan menindas yang lemah. Hingga Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri yang kami kenal nasabnya, kejujurannya, amanahnya, dan kesuciannya. Beliau mengajak kami untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan berhala-berhala yang kami sembah dahulu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam As-Sīrah An-Nabawiyyah)
Raja Najāsyī meneteskan air mata mendengar kata-kata itu dan melindungi kaum Muslimin dari kejaran Quraisy. Peristiwa ini menjadi salah satu kemenangan dakwah Islam di masa awal.
Kembali ke Madinah dan Perang Khaybar
Ja‘far رضي الله عنه dan para sahabat yang hijrah ke Habasyah baru kembali ke Madinah setelah Rasulullah ﷺ menaklukkan Khaibar. Saat Rasulullah ﷺ melihat Ja‘far datang, beliau ﷺ menyambutnya dengan penuh cinta seraya bersabda:
مَا أَدْرِي بِأَيِّهِمَا أَنَا أَفْرَحُ، بِقُدُومِ جَعْفَرٍ أَمْ بِفَتْحِ خَيْبَرَ
“Aku tidak tahu mana yang lebih membuatku gembira, kedatangan Ja‘far atau kemenangan Khaibar.” (HR. Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Ungkapan ini menunjukkan betapa besar kecintaan Rasulullah ﷺ kepada Ja‘far رضي الله عنه.
Kepahlawanan di Perang Mu’tah
Pada tahun 8 Hijriah, Rasulullah ﷺ mengutus pasukan besar menuju Mu’tah (wilayah Yordania sekarang) untuk menghadapi pasukan Romawi. Beliau ﷺ menunjuk tiga panglima secara berurutan: Zaid bin Hārithah رضي الله عنه, lalu Ja‘far bin Abī Thālib رضي الله عنه, dan setelahnya Abdullah bin Rawāhah رضي الله عنه jika keduanya gugur.
Dalam pertempuran sengit itu, Zaid رضي الله عنه syahid terlebih dahulu, lalu Ja‘far رضي الله عنه mengambil bendera Islam dan bertempur dengan gagah berani. Ketika tangan kanannya terpotong, ia memegang bendera dengan tangan kiri. Ketika tangan kirinya pun terputus, ia memeluk bendera itu dengan kedua lengan yang tersisa hingga akhirnya syahid di medan perang.
Rasulullah ﷺ bersabda setelah menerima berita itu:
رَأَيْتُ جَعْفَرًا فِي الْجَنَّةِ وَلَهُ جَنَاحَانِ يَطِيرُ بِهِمَا فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَ
“Aku melihat Ja‘far di surga, ia memiliki dua sayap yang ia gunakan untuk terbang ke mana pun ia mau.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Karena itulah beliau dikenal dengan julukan Ja‘far Ath-Thayyār (Ja‘far yang Terbang di Surga).
Kesedihan Rasulullah ﷺ atas Syahidnya Ja‘far رضي الله عنه
Ketika mendengar kabar gugurnya Ja‘far رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ sangat bersedih. Beliau mendatangi rumah Ja‘far dan menenangkan keluarganya. Dari Asmā’ binti ‘Umais رضي الله عنها diriwayatkan:
دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَوْمَ مَقْتَلِ جَعْفَرٍ فَقَالَ: ائْتُونِي بِبَنِي أَخِي، فَأَتَيْنَاهُ بِهِمْ، فَشَمَّهُمْ وَذَرَفَتْ عَيْنَاهُ
“Rasulullah ﷺ datang kepada kami pada hari Ja‘far terbunuh. Beliau berkata: ‘Bawalah anak-anak saudaraku kepadaku.’ Kami pun membawanya. Beliau mencium mereka, lalu air matanya menetes.” (HR. Ahmad, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Kesedihan Rasulullah ﷺ menunjukkan betapa besar kasih sayang beliau kepada keluarga Ja‘far رضي الله عنه.
Keutamaan Ja‘far رضي الله عنه
-
Sahabat mulia dari Ahlul Bait.
-
Pemimpin kaum Muhajirin di Habasyah.
-
Pahlawan dan syahid di medan jihad.
-
Dicintai dan dipuji langsung oleh Rasulullah ﷺ.
-
Mendapat karunia sayap di surga.
Wafat dan Kedudukan di Sisi Allah ﷻ
Ja‘far رضي الله عنه gugur syahid di Perang Mu’tah pada tahun 8 Hijriah dalam usia sekitar 41 tahun. Rasulullah ﷺ menyalatkannya secara ghaib di Madinah dan mengabarkan kepada para sahabat kedudukannya yang mulia di surga.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapat rezeki.” (Āli ‘Imrān: 169)
Ayat ini menggambarkan kemuliaan para syuhada seperti Ja‘far bin Abī Thālib رضي الله عنه.
Penutup
Ja‘far bin Abī Thālib رضي الله عنه adalah simbol keteguhan, pengorbanan, dan cinta kepada Rasulullah ﷺ. Dari pemimpin hijrah ke Habasyah hingga syahid di Mu’tah, hidupnya penuh pengabdian kepada Allah ﷻ. Semoga Allah ﷻ meridhainya dan mengumpulkan kita bersamanya di surga bersama para syuhada.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


