Hijrah ke Habasyah: Strategi Dakwah Rasulullah ﷺ

Pendahuluan

Hijrah ke Habasyah (Ethiopia) adalah salah satu episode penting dalam sejarah dakwah Rasulullah ﷺ. Peristiwa ini terjadi ketika kaum Muslimin di Makkah mengalami tekanan, intimidasi, dan penyiksaan dari kaum Quraisy. Rasulullah ﷺ memberikan izin kepada sebagian sahabat untuk berhijrah ke negeri Habasyah yang dipimpin oleh seorang raja adil, Najasyi. Kejadian ini sarat hikmah dan menunjukkan strategi dakwah Rasulullah ﷺ yang penuh kebijaksanaan.

Latar Belakang Hijrah ke Habasyah

Penindasan Quraisy terhadap para sahabat semakin keras, terutama terhadap mereka yang lemah dan tidak memiliki perlindungan kabilah. Dalam kondisi demikian, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ مَلِكًا لَا يُظْلَمُ عِنْدَهُ أَحَدٌ، فَالْحَقُوا بِبِلَادِهِ حَتَّى يَجْعَلَ اللَّهُ لَكُمْ فَرَجًا وَمَخْرَجًا مِمَّا أَنْتُمْ فِيهِ

“Sesungguhnya di negeri Habasyah ada seorang raja yang tidak menzhalimi siapa pun, maka pergilah kalian ke negerinya hingga Allah memberi jalan keluar bagi kalian dari apa yang kalian alami.” (HR. Ahmad no. 1651, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani)

Hijrah ini terjadi dua kali, yang pertama sekitar 11 orang sahabat, kemudian hijrah kedua mencapai lebih dari 80 orang sahabat bersama keluarganya.

Dialog Ja’far bin Abi Thalib رضي الله عنه dengan Raja Najasyi

Dalam peristiwa hijrah kedua, Ja’far bin Abi Thalib رضي الله عنه tampil sebagai juru bicara kaum Muslimin. Ia menjelaskan kepada Raja Najasyi tentang keadaan kaum Muslimin sebelum dan sesudah Islam, serta misi Rasulullah ﷺ.

Ja’far berkata:
“Wahai Raja, kami dahulu adalah kaum yang hidup dalam kebodohan. Kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan kekejian, memutus silaturahmi, dan menyakiti tetangga. Hingga Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami. Kami mengenal nasabnya, kejujurannya, dan amanahnya. Beliau menyeru kami agar menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala. Beliau memerintahkan kami untuk jujur, menunaikan amanah, menyambung silaturahmi, baik kepada tetangga, dan menjauhi hal-hal yang haram serta pertumpahan darah.” (HR. Ahmad no. 1652, sahih menurut Al-Albani)

Raja Najasyi pun terkesan dengan kebenaran Islam hingga memberikan perlindungan kepada kaum Muslimin.

Hikmah Hijrah ke Habasyah

  1. Perlindungan bagi kaum Muslimin – Hijrah menjadi solusi agar sahabat dapat beribadah dengan aman.

  2. Strategi diplomasi dakwah – Dengan adanya dialog Ja’far bin Abi Thalib رضي الله عنه, Islam dikenal sebagai agama yang membawa keadilan dan kebaikan.

  3. Teladan kepemimpinan adil – Kisah ini menunjukkan bahwa keadilan seorang pemimpin, meski non-Muslim, dapat membawa kedamaian bagi rakyatnya.

  4. Pelajaran kesabaran dan tawakkal – Kaum Muslimin menunjukkan keteguhan iman dengan meninggalkan tanah air demi menjaga akidah.

Allah ﷻ berfirman:

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya dia akan menemukan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai), maka sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 100)

Penutup

Hijrah ke Habasyah adalah strategi dakwah Rasulullah ﷺ yang penuh hikmah. Dari peristiwa ini kita belajar bahwa dakwah membutuhkan kesabaran, kecerdasan dalam mencari solusi, dan keyakinan penuh kepada pertolongan Allah ﷻ.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top