Haji Wada’ dan Khutbah Terakhir Rasulullah ﷺ

Kronologi Pelaksanaan Haji Wada’ Tahun 10 Hijriyah

Pada tahun ke-10 Hijriyah, Rasulullah ﷺ memimpin langsung ibadah haji satu-satunya dalam hidup beliau yang dikenal sebagai Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Sekitar 100.000 lebih kaum Muslimin dari berbagai penjuru jazirah Arab ikut serta dalam rombongan agung ini.

Rasulullah ﷺ berangkat dari Madinah pada tanggal 25 Dzulqa’dah, lalu berihram dari Dzul Hulaifah (Bir Ali), dan memasuki Makkah pada awal Dzulhijjah. Beliau ﷺ menyampaikan khutbah di Arafah pada hari ke-9 Dzulhijjah, lalu menyempurnakan seluruh rangkaian manasik dengan sempurna.

Tata Cara Haji yang Dicontohkan Langsung oleh Rasulullah ﷺ

Dalam Haji Wada’, Rasulullah ﷺ menunjukkan secara langsung tata cara haji yang benar kepada umat Islam. Beliau ﷺ mencontohkan urutan manasik, doa-doa, serta aturan-aturan yang wajib dipatuhi.

Dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, terdapat riwayat panjang dalam Shahih Muslim yang menjelaskan seluruh perjalanan haji beliau ﷺ, mulai dari niat ihram, thawaf, sa’i, wuquf, melontar jumrah, hingga tahallul.

Rasulullah ﷺ bersabda:

خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ

Ambillah dariku tata cara manasik kalian (HR. Muslim no. 1297 dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه).

Dengan demikian, Haji Wada’ menjadi sumber utama fiqh haji bagi umat Islam sepanjang masa.

Momen Khutbah Agung di Arafah

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, di padang Arafah yang dipenuhi lautan manusia, Rasulullah ﷺ menyampaikan khutbah yang agung dan penuh pesan-pesan abadi bagi umat. Beliau ﷺ berdiri di atas untanya Al-Qashwa’ dan berbicara dengan suara keras agar didengar oleh seluruh jamaah, kemudian para sahabat menyampaikan ulang kepada jamaah di belakangnya.

Khutbah ini disampaikan di tengah-tengah wukuf, saat puncak ibadah haji. Inilah momen yang sangat sakral dan menjadi saksi penyampaian risalah yang hampir sempurna.

Isi Pokok Khutbah: Darah, Kehormatan, Harta, Amanat, dan Kesempurnaan Agama

Isi khutbah Rasulullah ﷺ sangat menyentuh dan sarat nilai-nilai agung:

  1. Kesucian Darah, Harta, dan Kehormatan:
    إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
    Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram (untuk dilanggar) sebagaimana sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini (HR. Bukhari no. 1741, Muslim no. 1218).

  2. Larangan Riba dan Dendam Jahiliyah:
    Semua bentuk riba dihapus, termasuk riba Abbas bin Abdul Muththalib رضي الله عنه, dan semua bentuk balas dendam jahiliyah juga dibatalkan.

  3. Wasiyat terhadap wanita dan keluarga:
    Beliau ﷺ berpesan agar kaum laki-laki memperlakukan wanita dengan baik.

  4. Keutamaan Amanat dan Persaudaraan Islam:
    Semua kaum Muslimin adalah bersaudara, tidak boleh saling menzalimi.

  5. Penegasan Khatamun Nubuwwah:
    Tiada nabi setelah beliau ﷺ. Risalah telah disampaikan secara sempurna.

Beliau ﷺ mengakhiri khutbah dengan bertanya kepada para sahabat:

أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟

“Bukankah aku telah menyampaikan?”

Para sahabat menjawab: “Bala, ya Rasulallah (Benar, wahai Rasulullah).”

Lalu beliau ﷺ bersabda:

اللَّهُمَّ اشْهَدْ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ

“Ya Allah, saksikanlah, ya Allah, saksikanlah.” (HR. Muslim no. 1218)

Ayat Terakhir yang Turun dan Makna Penyempurnaan Islam

Di Arafah, turunlah ayat yang menandai kesempurnaan agama Islam dan nikmat dari Allah ﷻ:

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا (المائدة: ٣)

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu (Al-Mā’idah: 3).

Umar bin Khattab رضي الله عنه menangis ketika mendengar ayat ini karena menyadari bahwa kesempurnaan risalah ini berarti misi kenabian telah hampir berakhir. Dan benar saja, tak lama setelah Haji Wada’, Rasulullah ﷺ wafat meninggalkan umat yang telah disinari petunjuk yang terang.

Penutup

Haji Wada’ merupakan momen penutup dakwah Rasulullah ﷺ secara langsung. Khutbah beliau di Arafah menjadi pesan wasiat terakhir bagi umat ini, yang mengandung prinsip-prinsip dasar kehidupan beragama, bermasyarakat, dan berakhlak mulia.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top