Evaluasi Diri Menjelang Dzulhijjah

Pendahuluan

Dzulhijjah adalah bulan mulia yang dipenuhi berbagai ibadah agung, terutama sepuluh hari pertamanya yang merupakan hari-hari terbaik dalam setahun. Untuk bisa menyambut Dzulhijjah dengan kesiapan penuh, seorang Muslim perlu melakukan evaluasi diri (muhasabah), agar bisa memperbaiki kekurangan dan memperbanyak amal shalih dengan hati yang bersih dan semangat baru. Evaluasi ini bukan hanya rutinitas, tetapi bentuk keimanan yang hidup dan kepekaan terhadap waktu-waktu istimewa.


Pentingnya Muhasabah dalam Islam

Allah ﷻ berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌۭ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۢ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ḥashr: 18)

Ayat ini mendorong kita untuk mengintrospeksi diri, melihat amal-amal yang telah kita lakukan, dan memperbaiki kesalahan sebelum datangnya hari yang tidak ada penyesalan yang bermanfaat.


Contoh Evaluasi yang Harus Dilakukan

1. Evaluasi Shalat

  • Apakah shalat dikerjakan tepat waktu?

  • Apakah sudah dilakukan dengan khusyuk?

  • Apakah sunnah-sunnah shalat dijaga?

2. Evaluasi Hubungan dengan Al-Qur’an

  • Seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk membaca Al-Qur’an?

  • Apakah tilawah disertai tadabbur?

  • Sudahkah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup?

3. Evaluasi Lisan dan Pergaulan

  • Apakah lisan dijaga dari ghibah, dusta, dan ucapan sia-sia?

  • Apakah pergaulan mendekatkan kita kepada Allah ﷻ?

4. Evaluasi Harta dan Amal Sosial

  • Apakah zakat dan sedekah telah ditunaikan dengan baik?

  • Seberapa besar kepedulian kita terhadap saudara-saudara yang membutuhkan?

5. Evaluasi Hati

  • Apakah hati dipenuhi dengan keikhlasan atau riya?

  • Apakah masih ada dengki, sombong, dan cinta dunia?


Hadits tentang Muhasabah

عَنِ ٱلْأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ ٱللَّهِ ﷺ يَقُولُ: ٱلْكَيِّسُ مَن دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ ٱلْمَوْتِ، وَٱلْعَاجِزُ مَن أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّىٰ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْأَمَانِىَّ

Dari Al-Atsyats bin Qais رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang yang cerdas adalah yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya lalu berharap kepada Allah dengan harapan kosong.”
(HR. Tirmidzi no. 2459, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله)


Menyambut Dzulhijjah dengan Tekad Perubahan

Dzulhijjah adalah kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah berlalu dan membuka lembaran baru. Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah saat terbaik untuk:

  • Memperbanyak amal shalih: shalat, puasa, sedekah, dzikir, dan ibadah lainnya

  • Bertaubat dari dosa: dengan taubat nasuha yang tulus

  • Meningkatkan semangat qurban: bukan hanya menyembelih hewan, tapi juga menyembelih hawa nafsu


Penutup

Evaluasi diri menjelang Dzulhijjah adalah langkah penting untuk menyambut bulan mulia dengan kesiapan hati dan amal. Jangan biarkan sepuluh hari terbaik berlalu tanpa makna. Mari kita buka lembaran baru dengan muhasabah, memperbaiki niat, dan meningkatkan amal, agar Dzulhijjah ini menjadi momentum perubahan dan kedekatan dengan Allah ﷻ.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top