Etika Mengatasi Perselisihan

Pendahuluan

Perselisihan adalah bagian dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, dan sudut pandang sering kali memicu konflik, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Islam sebagai agama rahmat memberikan panduan etika yang jelas dalam menghadapi dan menyelesaikan perselisihan agar tidak berkembang menjadi permusuhan, kedzaliman, dan kerusakan ukhuwah. Etika mengatasi perselisihan merupakan bagian penting dari akhlak mulia seorang Muslim.


Hakikat Perselisihan dalam Pandangan Islam

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

“Janganlah kalian berselisih, karena hal itu akan membuat kalian menjadi lemah dan hilang kekuatan kalian.” (Al-Anfāl: 46)

Ayat ini menunjukkan bahwa perselisihan yang tidak dikelola dengan baik dapat melemahkan individu dan merusak persatuan.


Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

“Janganlah kalian saling membenci, saling hasad, saling membelakangi, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه)


Prinsip Dasar Menghadapi Perselisihan

1. Niat Mencari Kebenaran dan Perdamaian

Allah ﷻ berfirman:

إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا

“Jika keduanya menghendaki perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik kepada keduanya.” (An-Nisā’: 35)

Perselisihan harus dihadapi dengan niat islah (perbaikan), bukan untuk memenangkan ego.


2. Menahan Emosi dan Amarah

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“Orang kuat bukanlah yang menang dalam bergulat, tetapi yang mampu menahan dirinya saat marah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه)

Menahan amarah adalah kunci utama meredam konflik.


Etika Mengatasi Perselisihan Menurut Islam

1. Mengedepankan Musyawarah

Allah ﷻ berfirman:

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ

“Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.” (Asy-Syūrā: 38)

Musyawarah membuka ruang dialog, menghindarkan kesalahpahaman, dan mendekatkan solusi.


2. Berlaku Adil dan Objektif

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ

“Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil lebih dekat kepada takwa.” (Al-Māidah: 8)

Keadilan wajib ditegakkan meskipun terhadap orang yang tidak disukai.


3. Menjaga Lisan dan Tidak Melukai

Allah ﷻ berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Berkatalah yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)

Ucapan kasar, sindiran, dan celaan hanya akan memperkeruh perselisihan.


4. Menghindari Ghibah dan Fitnah

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

“Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain.” (Al-Ḥujurāt: 12)

Membawa perselisihan ke pihak lain dengan cara ghibah hanya menambah dosa dan kerusakan.


5. Memaafkan dan Berlapang Dada

Allah ﷻ berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا

“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.” (An-Nūr: 22)

Memaafkan bukan tanda kelemahan, tetapi kemuliaan akhlak.


Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا

“Allah tidak menambah kepada seorang hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه)


Etika Jika Perselisihan Tidak Dapat Diselesaikan

1. Menghadirkan Penengah yang Adil

Allah ﷻ berfirman:

فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا

“Maka utuslah seorang penengah dari keluarga laki-laki dan seorang penengah dari keluarga perempuan.” (An-Nisā’: 35)

Penengah yang adil dan amanah membantu menemukan jalan keluar yang maslahat.


2. Mengembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah

Allah ﷻ berfirman:

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ

“Jika kalian berselisih dalam suatu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul.” (An-Nisā’: 59)

Dalil syar’i menjadi rujukan utama dalam menyelesaikan perbedaan.


Perselisihan yang Dilarang dan Harus Dihentikan

1. Perselisihan karena Dengki dan Dunia

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Hindarilah prasangka, karena prasangka adalah ucapan paling dusta.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه)


2. Perselisihan yang Memutus Silaturahmi

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Ayyub Al-Anshari رضي الله عنه)


Manfaat Mengatasi Perselisihan dengan Etika Islami

  • Terjaganya ukhuwah dan persatuan

  • Terhindar dari dosa lisan dan hati

  • Mendapat pertolongan Allah ﷻ

  • Hati menjadi tenang dan lapang

  • Menjadi teladan akhlak bagi orang lain


Kesimpulan

Etika mengatasi perselisihan dalam Islam menuntut kesabaran, keadilan, kelembutan, dan niat untuk memperbaiki keadaan. Islam tidak menafikan adanya perbedaan, namun mengajarkan cara menyikapinya agar tidak berubah menjadi permusuhan dan kerusakan. Dengan berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah, setiap perselisihan dapat diselesaikan secara bermartabat dan penuh keberkahan.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top