Pendahuluan
Asmā’ binti Abī Bakr رضي الله عنها adalah salah satu wanita agung dalam sejarah Islam, putri dari sahabat besar Abū Bakr Ash-Shiddīq رضي الله عنه dan kakak dari Ummul Mukminin ‘Āisyah رضي الله عنها. Ia dikenal dengan gelar “Dzātun Niṭāqayn”, wanita pemilik dua ikat pinggang, karena pengorbanannya dalam membantu Rasulullah ﷺ saat hijrah.
Nasab dan Latar Belakang
Beliau adalah Asmā’ binti Abī Bakr ‘Abdullāh bin Abī Quḥāfah رضي الله عنهما, lahir 27 tahun sebelum hijrah. Ia tumbuh dalam keluarga yang mulia, berpegang teguh pada tauhid dan dicintai Rasulullah ﷺ.
Asmā’ رضي الله عنها termasuk wanita yang cerdas, pemberani, tegar, dan memiliki keimanan yang kokoh.
Gelar “Dzātun Niṭāqayn”
Ketika Rasulullah ﷺ dan Abū Bakr رضي الله عنه bersembunyi di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah, Asmā’ رضي الله عنها membawa makanan untuk mereka. Karena tidak ada tali untuk mengikat perbekalan, ia membelah ikat pinggangnya menjadi dua.
Rasulullah ﷺ bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhārī:
إِنَّ اللَّهَ أَبْدَلَنَا بِمِنْطَقَتِهَا مِطَاقَيْنِ فِي الْجَنَّةِ
“Allah telah menggantikan untuknya dua ikat pinggang di surga sebagai balasan atas ikat pinggangnya.” (HR. Al-Bukhārī)
Peran Besar dalam Peristiwa Hijrah
Asmā’ رضي الله عنها memainkan peran sangat penting dalam menjaga keselamatan Rasulullah ﷺ dan Abū Bakr رضي الله عنه. Ia:
-
Membawa makanan ke Gua Tsur secara rutin.
-
Menyimpan rahasia hijrah dari Quraisy.
-
Menghadapi ancaman Abu Jahal yang memukul pipinya hingga terluka, namun ia tetap tegar dan tidak membocorkan tempat persembunyian Rasulullah ﷺ.
Keberaniannya pada masa itu menunjukkan kekuatan iman dan keteguhan hatinya.
Pernikahan dan Keturunan
Asmā’ رضي الله عنها menikah dengan Zubair bin Al-‘Awwām رضي الله عنه, salah satu sepuluh sahabat yang dijamin surga. Dari pernikahan ini, lahirlah putra-putra mulia, termasuk ‘Abdullāh bin Az-Zubair رضي الله عنهما, seorang sahabat pemberani dan pemimpin besar.
Asmā’ رضي الله عنها mendampingi suaminya dalam berbagai keadaan, termasuk masa-masa sulit di Madinah. Ia dikenal sebagai wanita yang sangat sabar, rajin beribadah, dan jauh dari keluh kesah.
Keteguhan Saat Fitnah Terjadi
Ketika putranya ‘Abdullāh bin Az-Zubair رضي الله عنهما memimpin Hijaz dan kemudian menghadapi pemerintahan Bani Umayyah, Asmā’ رضي الله عنها memberikan nasihat yang tegas namun penuh hikmah.
Ia berkata kepada putranya:
“Wahai anakku, jika engkau berada di atas kebenaran, bersabarlah. Kematian di atas kebenaran lebih mulia daripada hidup dalam kebatilan.”
Asmā’ رضي الله عنها tetap kokoh meski harus melihat putranya menghadapi kematian. Keteguhan ini membuktikan kejernihan iman yang tertanam di hatinya.
Ibadah dan Akhlak
Asmā’ رضي الله عنها dikenal sangat dermawan. Ia tidak pernah menimbun makanan seperti nasihat Rasulullah ﷺ kepadanya. Dari ‘Āisyah رضي الله عنها meriwayatkan bahwa Asmā’ tidak suka menyimpan makanan untuk esok hari.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepadanya:
لَا تُوكِي فَيُوكَى عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menyimpan terlalu ketat (pelit), maka Allah akan menyempitkan rezekimu.” (HR. Al-Bukhārī dan Muslim)
Asmā’ رضي الله عنها mengamalkan nasihat itu seumur hidupnya.
Wafatnya
Asmā’ رضي الله عنها wafat pada usia hampir 100 tahun, dalam keadaan buta, namun tetap memiliki hafalan dan hati yang kuat. Ia wafat setelah putranya ‘Abdullāh bin Az-Zubair رضي الله عنهما syahid.
Teladan dari Asmā’ binti Abī Bakr رضي الله عنها
-
Keberanian luar biasa dalam menjaga dakwah.
-
Pengorbanan tanpa pamrih untuk Rasulullah ﷺ.
-
Kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi ujian hidup.
-
Akhlak dermawan dan ketulusan dalam ibadah.
-
Ketegasan dalam menjaga kebenaran hingga akhir hayat.
Penutup
Asmā’ binti Abī Bakr رضي الله عنها adalah sosok wanita luar biasa dalam sejarah Islam. Keberanian dan keteguhannya menjadikannya teladan bagi setiap Muslimah yang ingin meneladani kekuatan iman, kesabaran, dan pengorbanan dalam membela agama.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|



