Pentingnya Adab dalam Menyelesaikan Perselisihan
Dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan pendapat dan perselisihan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Namun Islam mengajarkan agar setiap konflik diselesaikan dengan adab, kebijaksanaan, dan penuh keadilan. Tujuan dari penyelesaian konflik bukan untuk mencari siapa yang menang, tetapi untuk mengembalikan kedamaian dan ukhuwah.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan jika dua kelompok dari orang-orang beriman berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap yang lain, maka perangilah yang berbuat zalim itu hingga kembali kepada perintah Allah. Jika telah kembali, maka damaikanlah keduanya dengan adil dan berlaku luruslah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Ḥujurāt: 9)
Ayat ini menunjukkan pentingnya peran umat Islam dalam mendamaikan pihak-pihak yang bertikai dengan cara yang adil dan penuh hikmah.
Menghindari Emosi dan Prasangka
Dalam setiap konflik, hal pertama yang harus dijaga adalah emosi. Islam mengajarkan agar seorang muslim tidak terburu-buru menilai atau memihak sebelum mengetahui kebenaran. Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa.” (Al-Ḥujurāt: 12)
Sumber utama konflik sering kali berasal dari salah paham dan prasangka buruk. Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk menelusuri masalah dengan tenang, adil, dan tidak emosional.
Peran Lembutnya Hati dalam Mendamaikan
Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam menyelesaikan konflik sosial. Beliau selalu mengedepankan kelembutan dan kasih sayang, bukan kekerasan atau kemarahan. Dalam hadits disebutkan:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Aisyah رضي الله عنها)
Dengan kelembutan, hati yang keras dapat melunak, dan perpecahan bisa berubah menjadi persatuan. Pendekatan ini sangat penting dalam menyelesaikan konflik sosial agar tidak menimbulkan luka baru di antara pihak-pihak yang berselisih.
Menjaga Keadilan dan Kejujuran
Keadilan adalah pilar utama dalam mendamaikan perselisihan. Tidak boleh condong kepada salah satu pihak karena kedekatan atau kepentingan pribadi. Nabi ﷺ bersabda:
الْمُقْسِطُونَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وُلُّوا
“Orang-orang yang adil akan berada di sisi Allah di atas mimbar-mimbar dari cahaya, yaitu mereka yang berlaku adil dalam keputusan, terhadap keluarga, dan dalam urusan yang mereka pimpin.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما)
Menyelesaikan konflik tanpa keadilan justru akan memperpanjang masalah dan menimbulkan kebencian baru.
Menjaga Rahasia dan Kehormatan Pihak yang Berselisih
Salah satu adab penting dalam menyelesaikan konflik adalah menjaga rahasia dan kehormatan pihak yang terlibat. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)
Seorang penengah tidak boleh membuka aib atau mempermalukan salah satu pihak. Tujuannya adalah perdamaian, bukan memperkeruh keadaan.
Penutup
Menyelesaikan konflik sosial dengan adab dan hikmah adalah cerminan kematangan iman dan akhlak seorang muslim. Dengan menjauhi prasangka, menjaga keadilan, dan bersikap lembut, umat Islam dapat menjaga ukhuwah dan membangun masyarakat yang harmonis dan damai.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|

