Pendahuluan
Abdullah bin Zubair رضي الله عنه adalah salah satu tokoh mulia dari kalangan sahabat. Beliau merupakan cucu Abu Bakr Ash-Shiddīq رضي الله عنه, keponakan ‘Aisyah رضي الله عنها, dan sahabat Nabi ﷺ yang dikenal dengan keberanian, keteguhan sikap, dan ketaatannya dalam beragama. Beliau adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam rumah-rumah iman dan ilmu di tengah Ahlul Bait dan sahabat utama.
Nasab dan Kelahiran
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Az-Zubair bin Al-‘Awwām bin Khuwaylid Al-Qurasyī Al-Asadī.
Beliau lahir pada tahun 1 Hijriah di Madinah setelah hijrah Rasulullah ﷺ.
Beliau adalah bayi pertama yang lahir dalam Islam di Madinah, sesuatu yang memberikan kebahagiaan besar bagi kaum Muslimin.
Kedudukan Abdullah bin Zubair di Sisi Rasulullah ﷺ
Beliau dibesarkan di bawah bimbingan langsung Rasulullah ﷺ. Ibunya adalah Asmā’ binti Abu Bakr رضي الله عنها, wanita yang berjasa dalam peristiwa hijrah.
Diceritakan bahwa ketika Abdullah bin Zubair رضي الله عنه lahir, para sahabat membawa beliau kepada Rasulullah ﷺ:
فَمَضَغَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ تَمْرَةً ثُمَّ وَضَعَهَا فِي فَمِ عَبْدِ اللَّهِ
“Rasulullah ﷺ mengunyah sebutir kurma lalu meletakkannya ke dalam mulut Abdullah.” (HR. Bukhari)
Peristiwa ini menjadi awal keberkahan hidup beliau.
Keberanian dan Keutamaannya
Beliau tumbuh menjadi pemuda pemberani, ahli ibadah, dan teguh dalam menjaga agama.
Tidak ada rasa takut dalam dirinya kecuali kepada Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ memuji keluarga beliau dengan sabdanya:
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيًّا، وَحَوَارِيِّي الزُّبَيْرُ
“Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai penolong, dan penolongku adalah Az-Zubair (ayah Abdullah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keberanian ayahnya diwarisi secara sempurna oleh Abdullah رضي الله عنه.
Masa Fitnah dan Sikap Tegasnya
Setelah wafatnya Mu‘āwiyah, beliau termasuk sosok yang menolak baiat kepada Yazīd bin Mu‘āwiyah karena alasan prinsip keadilan dan agama.
Beliau kemudian dibaiat oleh banyak kaum Muslimin sebagai Khalifah terutama di Mekah dan wilayah sekitarnya.
Beliau memimpin Kaum Muslimin dengan prinsip keteguhan dan kezuhudan, tidak tergiur dunia, kekuasaan, atau harta.
Syahidnya Abdullah bin Zubair رضي الله عنه
Pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, pasukan Al-Hajjaj bin Yusuf mengepung Mekah.
Abdullah bin Zubair رضي الله عنه tetap teguh dan kokoh, tidak mau menyerah.
Ibunya, Asmā’ binti Abu Bakr رضي الله عنها yang sudah sangat tua, menasihatinya:
يَا بُنَيَّ، إِنْ كُنْتَ عَلَى الْحَقِّ فَامْضِ عَلَيْهِ
“Wahai putraku, jika engkau berada di atas kebenaran, maka tetaplah teguh di atasnya.”
Dengan keberanian seorang mukmin sejati, beliau keluar menghadapi pasukan, dan gugur syahid pada tahun 73 Hijriah di dekat Ka‘bah.
Beliau wafat dalam keadaan mulia, menjunjung kehormatan iman hingga akhir hayatnya.
Pelajaran dari Abdullah bin Zubair رضي الله عنه
-
Keteguhan dalam membela kebenaran, meskipun dihadapkan pada tekanan besar.
-
Keberanian sebagai bagian dari iman, karena takut hanya kepada Allah ﷻ.
-
Nilai kehormatan seorang Muslim adalah tidak menggadaikan agama demi dunia.
-
Mewarisi akhlak keluarga salaf, yang mengutamakan derajat di sisi Allah ﷻ.
Penutup
Abdullah bin Zubair رضي الله عنه adalah sosok pemuda yang lahir, hidup, dan wafat dalam kejayaan iman. Kisah hidupnya adalah pelajaran tentang keteguhan prinsip, keberanian, dan kewibawaan seorang mukmin sejati yang tidak tunduk kecuali kepada Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
 |
|
