Pendahuluan
Abdullāh bin Rawāḥah رضي الله عنه adalah salah satu sahabat Anshar yang mulia, seorang penyair besar Islam, pejuang pemberani, dan salah satu pemimpin pasukan dalam Perang Mu’tah. Beliau adalah sosok yang menggabungkan antara keimanan kuat, kecintaan pada Al-Qur’an, serta keberanian luar biasa di medan jihad.
Nasab dan Latar Belakang
Nama lengkapnya adalah Abdullāh bin Rawāḥah bin Tha‘labah Al-Khazrajī Al-Anshārī رضي الله عنه, berasal dari suku Khazraj di Madinah. Ia masuk Islam pada masa awal dakwah di Madinah dan ikut serta dalam Bai‘at Al-‘Aqabah, sehingga termasuk dalam golongan Anshar pertama yang menolong Rasulullah ﷺ.
Allah ﷻ memuji para Anshar dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan beriman sebelum mereka (kaum Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak merasa iri atas apa yang diberikan kepada mereka, dan mereka mengutamakan (saudaranya) atas diri mereka.”
Penyair Rasulullah ﷺ
Abdullāh bin Rawāḥah رضي الله عنه termasuk penyair utama Islam. Rasulullah ﷺ memuji syair-syairnya yang lembut namun menghunjam hati.
Diriwayatkan dari Al-Bukhārī bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنَ الشِّعْرِ حِكْمَةً
“Sesungguhnya sebagian syair itu mengandung hikmah.”
Syair-syair bin Rawāḥah selalu mengandung pembelaan terhadap Rasulullah ﷺ dan seruan kepada iman serta jihad.
Keimanan dan Ketakwaan yang Tinggi
Ia dikenal sangat rajin ibadah, selalu menangis ketika membaca Al-Qur’an, dan sangat takut kepada Allah ﷻ. Pada suatu hari Rasulullah ﷺ melewatinya sedang membaca Al-Qur’an dan beliau bersabda:
اللَّهُمَّ ارْحَمْ عَبْدًا يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ فَيُقَرِّبُ إِلَيَّ بِالْقُرْآنِ
“Ya Allah, rahmatilah seorang hamba yang bangun malam lalu mendekatkan diri kepada-Mu dengan Al-Qur’an.” (HR. Ahmad, shahih menurut Al-Albani)
Keberanian dalam Jihad
Abdullāh bin Rawāḥah رضي الله عنه ikut serta dalam seluruh peperangan besar bersama Rasulullah ﷺ, termasuk Badar, Uhud, Khandaq, dan Hudaibiyah. Ia juga menjadi juru tulis perjanjian Hudaibiyah.
Puncak keberaniannya terlihat dalam Perang Mu’tah, ketika Rasulullah ﷺ mengangkat tiga komandan:
-
Zaid bin Hārithah رضي الله عنه
-
Ja‘far bin Abī Ṭālib رضي الله عنه
-
Abdullāh bin Rawāḥah رضي الله عنه
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنْ قُتِلَ زَيْدٌ فَجَعْفَرٌ، وَإِنْ قُتِلَ جَعْفَرٌ فَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ
“Jika Zaid terbunuh, maka Ja‘far (jadi pemimpin). Jika Ja‘far terbunuh, maka Abdullāh bin Rawāḥah.” (HR. Al-Bukhārī)
Ketika dua komandan gugur, Abdullah bin Rawāḥah ragu sejenak. Namun ia menguatkan diri dengan syairnya yang terkenal:
يَا نَفْسُ إِلَّا تُقْتَلِي تَمُوتِي
“Wahai jiwa, jika engkau tidak terbunuh, engkau tetap akan mati.”
Lalu ia maju hingga gugur sebagai syahid.
Wafatnya Sebagai Syuhada’
Beliau gugur pada tahun 8 H dalam Perang Mu’tah sebagai syuhada, di barisan paling depan, memegang panji Islam hingga nafasknya terakhir.
Kabar gugurnya membuat Rasulullah ﷺ bersedih dan menangis. Bahkan beliau memperlihatkan kepada para sahabat gambaran Ja‘far dan Abdullah yang terbang di surga setelah syahid.
Teladan dari Abdullah bin Rawāhah رضي الله عنه
-
Keberanian dalam memperjuangkan agama Allah.
-
Keikhlasan dalam dakwah dan jihad.
-
Kekuatan iman dan rasa takut kepada Allah ﷻ.
-
Kecintaan kepada Al-Qur’an dan syair yang menghidupkan jiwa.
-
Pengorbanan tanpa pamrih hingga akhir hayat.
Penutup
Abdullāh bin Rawāhah رضي الله عنه adalah sosok Anshar yang mulia, penyair penuh hikmah, dan pahlawan Islam yang gugur sebagai syahid. Beliau meninggalkan warisan iman, keberanian, dan keteguhan hati yang layak dijadikan teladan bagi setiap Muslim.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|



