Pendahuluan
Menepati janji dan melaksanakan tanggung jawab adalah ciri utama seorang mukmin sejati. Dalam Islam, janji bukan sekadar ucapan, tetapi amanah yang harus dijaga dan dipenuhi. Seseorang yang menepati janji menunjukkan keimanan dan kejujuran hatinya, sedangkan orang yang mengingkarinya termasuk tanda kemunafikan sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah ﷺ.
Menepati janji bukan hanya dalam urusan besar seperti perjanjian bisnis atau sumpah jabatan, tetapi juga dalam hal kecil seperti komitmen terhadap waktu, ucapan, dan tanggung jawab sehari-hari.
Perintah Al-Qur’an tentang Menepati Janji
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا (الإسراء: 34)
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti akan dimintai pertanggungjawaban.” (Al-Isra: 34)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap janji akan ditanya oleh Allah ﷻ di hari kiamat. Karena itu, seorang muslim harus berhati-hati dalam berucap dan berjanji. Tidak boleh menjanjikan sesuatu yang tidak mampu dipenuhi.
Allah ﷻ juga memuji orang-orang yang menepati janjinya dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (المؤمنون: 8)
“Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya.” (Al-Mu’minun: 8)
Menepati janji merupakan sifat orang beriman yang termasuk dalam kriteria orang-orang yang akan mendapatkan surga.
Peringatan dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ dengan tegas mengingatkan tentang bahaya mengingkari janji. Beliau bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
Dari Abdullah bin ‘Amr رضي الله عنهما, Nabi ﷺ bersabda: “Ada empat perkara, barang siapa memilikinya maka ia adalah munafik sejati; dan barang siapa memiliki salah satunya, maka ia memiliki satu sifat munafik hingga ia meninggalkannya: jika dipercaya, ia berkhianat; jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika berselisih, ia melampaui batas.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa mengingkari janji termasuk sifat nifaq (kemunafikan), yang sangat dibenci oleh Allah ﷻ.
Menunaikan Tanggung Jawab sebagai Bentuk Amanah
1. Tanggung Jawab Pribadi
Setiap muslim memikul tanggung jawab terhadap dirinya untuk menaati Allah ﷻ dan menjauhi maksiat. Allah ﷻ berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ (المدثر: 38)
“Setiap jiwa bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakannya.” (Al-Muddatsir: 38)
Seorang mukmin tidak boleh mengabaikan tanggung jawab pribadi seperti menjaga ibadah, akhlak, dan waktu.
2. Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Kepemimpinan dalam rumah tangga juga termasuk amanah besar yang harus dijaga. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang ayah wajib menunaikan tanggung jawab memberi nafkah, mendidik, dan melindungi keluarganya dengan penuh amanah.
3. Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Jabatan
Dalam dunia kerja dan pemerintahan, tanggung jawab menjadi ukuran integritas seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الْإِمَامَ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Seorang pemimpin adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kecurangan, penyalahgunaan jabatan, dan kelalaian dalam tanggung jawab adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah.
Akibat Mengingkari Janji dan Lalai dari Tanggung Jawab
Islam memandang serius pengkhianatan terhadap janji dan amanah. Di antara akibat buruknya:
- 
Menghilangkan kepercayaan orang lain. 
- 
Menjadi sebab turunnya murka Allah ﷻ. 
- 
Menumbuhkan sifat munafik dalam hati. 
- 
Menghapus keberkahan dalam kehidupan dan rezeki. 
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ، كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (الصف: 2-3)
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Saff: 2–3)
Ayat ini menjadi peringatan keras bagi orang yang tidak konsisten antara ucapan dan perbuatannya.
Keutamaan Menepati Janji dan Tanggung Jawab
Menepati janji dan melaksanakan tanggung jawab adalah sifat para nabi dan orang-orang saleh. Allah ﷻ memuji Nabi Ismail عليه السلام dalam firman-Nya:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا (مريم: 54)
“Dan ceritakanlah (kisah) Ismail di dalam Al-Kitab. Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (Maryam: 54)
Menepati janji menunjukkan keimanan, kesungguhan, dan kejujuran hati. Sementara tanggung jawab adalah bukti kedewasaan dan amanah yang tinggi.
Penutup
Menepati janji dan menjalankan tanggung jawab adalah bagian dari akhlak mulia yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam Islam. Seorang muslim sejati akan menjaga ucapannya, memenuhi janjinya, dan menunaikan kewajibannya dengan penuh kesungguhan. Dengan demikian, ia akan memperoleh kepercayaan manusia dan ridha Allah ﷻ di dunia dan akhirat.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
|  | 
 | 
 
				 
								
