Hijrah Menuju Sunnah: Antara Cinta dan Implementasi Amal

Sunnah: Jalan Lurus Menuju Ridha Allah

Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ adalah bentuk cinta yang nyata kepada beliau. Cinta tanpa amal bukanlah cinta yang tulus. Allah ﷻ berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Āli ‘Imrān: 31)

Ayat ini menjadi ujian bagi setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah ﷻ, apakah cintanya dibuktikan dengan ittiba’ kepada Rasulullah ﷺ atau hanya sekadar pengakuan lisan.


Makna Hijrah Menuju Sunnah

Hijrah menuju sunnah berarti berpindah dari kebiasaan yang menyimpang kepada jalan yang lurus sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ. Ini adalah bentuk hijrah yang tidak sekadar lahir, tetapi juga batin. Dari cara berpakaian, beribadah, berinteraksi, hingga berakhlak, semua hendaknya mengikuti sunnah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ أَحَبَّ سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ

“Barang siapa mencintai sunnahku, maka sungguh ia telah mencintaiku. Dan barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.” (HR. Tirmidzi no. 2678, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jāmiʿ no. 6300)


Cinta yang Diwujudkan dengan Amal

Cinta kepada sunnah bukan hanya ucapan “saya cinta Rasulullah ﷺ”, tetapi tampak dalam keseharian:

  • Menghidupkan shalat malam meski sesekali.

  • Menjaga adab makan, tidur, dan berpakaian sesuai tuntunan.

  • Menjauhi kebid’ahan dan perkara baru dalam agama.

  • Memuliakan para sahabat dan meneladani para salaf.

Allah ﷻ berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Ḥasyr: 7)


Sunnah itu Cahaya yang Menuntun

Sunnah Rasulullah ﷺ adalah cahaya yang menuntun manusia keluar dari gelapnya syubhat dan syahwat. Siapa yang mengikutinya, ia akan hidup dengan ketenangan dan meninggal dalam keimanan.

Dari Al-‘Irbāḍ bin Sāriyah رضي الله عنه, Nabi ﷺ bersabda:

وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Sesungguhnya siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, ia akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atas kalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Dawud no. 4607; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)


Kesimpulan: Sunnah sebagai Tujuan Hijrah

Mari kita berhijrah menuju sunnah. Bukan hanya mengenalnya, tetapi mengamalkannya dengan cinta dan komitmen. Inilah bukti cinta sejati kepada Rasulullah ﷺ dan bentuk ketaatan sempurna kepada Allah ﷻ.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top