Hijrah dari Maksiat Digital: Jaga Pandangan, Jaga Jempol

Dunia Digital dan Tantangan Zaman

Di era digital, maksiat hadir bukan lagi di lorong gelap, tapi dalam genggaman tangan. Melalui layar kecil, berbagai bentuk kemungkaran bisa dengan mudah dilihat, disukai, bahkan disebarkan. Hijrah kini bukan sekadar berpindah tempat, tetapi berpindah sikap—dari mengonsumsi maksiat digital menjadi menjaga diri dalam dunia maya.


Perintah Menundukkan Pandangan

Allah ﷻ berfirman:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (An-Nūr: 30)

Ayat ini jelas memerintahkan agar mata dijaga, termasuk saat melihat gambar dan video di media sosial. Pandangan adalah panah syaitan. Sekali terpana, bisa membawa kepada kerusakan hati dan dosa yang lebih besar.


Hati-hati dengan Jempolmu!

Dalam dunia digital, jari-jari kita adalah saksi. Sekali mengetuk layar, bisa menjadi amal atau bencana. Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sungguh seseorang mengucapkan satu kalimat yang dimurkai Allah, padahal ia tidak menganggapnya besar, namun karena itu ia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah رضي الله عنه)

Dalam konteks digital, komentar, like, share, bahkan emoji bisa menjadi bagian dari kalimat yang kita lemparkan. Maka berhati-hatilah, jangan sampai jempol kita menjerumuskan kita.


Bentuk-bentuk Maksiat Digital yang Harus Dihindari

1. Melihat Konten yang Haram

Baik berupa pornografi, aurat wanita, maupun konten penuh kemaksiatan lainnya. Allah ﷻ berfirman:

يَعْلَمُ خَآئِنَةَ ٱلْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى ٱلصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Ghāfir: 19)

2. Menyebarkan Dosa dan Keburukan

Satu share bisa menjerumuskan ratusan bahkan ribuan orang. Rasulullah ﷺ bersabda:

وَمَن دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْوِزْرِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْءٌ

“Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa mereka.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)


Solusi: Hijrah Digital yang Positif

1. Filter Konten dengan Taqwa

Sebelum membuka aplikasi, niatkan untuk kebaikan. Jangan biarkan algoritma membawa kita pada kemaksiatan. Hati yang bersih akan mudah tersinggung saat melihat yang haram.

2. Gunakan Media Sosial untuk Amal

Sebarkan kebaikan, nasihat, dan ilmu yang bermanfaat. Satu konten positif bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.

3. Evaluasi Digital Harian

Tanyakan pada diri setiap malam: Hari ini, apa yang aku lihat? Apa yang aku tulis? Apakah Allah ridha dengan interaksiku di dunia digital?


Penutup: Jaga Pandangan, Jaga Jempol

Hijrah zaman ini memerlukan keberanian dan kesadaran digital. Menjaga pandangan dan jempol adalah bagian dari keimanan. Jika mata kita takut kepada Allah ﷻ, dan jempol kita tunduk kepada syariat, maka kita telah berhijrah ke jalan yang diridhai.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top