Dalam sebuah hadits Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” (sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan), lantas beliau bersabda,
يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى – قَالَ – وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Maksudnya harta yang ia kumpulkan menjadikan ia sombong dan harta yang hilang menjadikan ia sedih hati dan putus asa
Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Yang dapat bermanfaat bagimu, yang benar-benar engkau milki
Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja?
Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” artinya juga hilang dari tanganmu
Maka makna dari harits ini menegaskan kepada kita bahwa pemilik harta sesunggunghnya adalah Allah Ta’ala. Maka, jangan sampai harta yang kita kumpulkan kita akui dengan merasa bahwa kita sebagai pemilik yang harta sesungguhnya, sehingga jika kita kumpulkan harta itu menjadikan kita berbangga hati dan sombong karenanya, atau dengan hilangnya harta itu menjadikan kita sedih hati putusa asa.Padahal Allah berfirman bahwa
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ
Apa apa yang berada di sisimu baik harta yang kau miliki baik rumah, jabatan dan lain sebagainya akan sirna dan apa yang berda disisi Allah dari bebagai bentuk ketaatan akan kekal. Dan sedekah merupakan salah satu Sesuatu yang kekal disisi Allah.
Maka dari itu mari kita miliki harta kita dengan menjadikanknya kekal di sisi Allah talaa yaitu dengan cara bersedekah.